--> Skip to main content

Kolom iklan

Kreasi Unik Mengubah Besi Bekas Jadi Hiasan Unik

Banyak pilihan dalam mencari nafkah dalam hidup ini. Ada yang bekerja dan ada juga yang berwirausaha. Siapapun berhak memilih yang mana. Wirausaha menjadi pilihan Sdr. Wawang Supriyadi dengan kreasi unik mengubah besi bekas jadi hiasan unik. Kini desain-desainnya yang ter lahir lewat proses kreatifitas, diakui konsumen lokal bahkan hingga mancanegara. Pilihan berwirausaha diambil dengan tegas sesaat setelah Sdr. Wawang lulus kuliah. Kenapa? Kelulusannya disaat Krisis Moneter di tahun 1998 (pantesan!.. ^^). Kisah ini sungguh menarik bagi sobat yang berjiwa wirausaha.

Selepas menyelesaikan kuliahnya, tak ingin bergelut sebagai pegawai kantoran. Begitu, Wawang Supriyadi. Ia mencari ide usaha agar bebas mengekpresikan diri. Sambil mengenang, Wawang yang saat ini telah menjadi pengusaha miniatur alat transportasi dengan bendera Wirotocraft.

"Kebetulan saat itu Indonesia tengah di landa krisis," ucap laki-laki yang lulus pada 1998 tersebut.
Wawang mengaku tidak suka dengan kerja kantoran. Lebih senang dengan hobi membuat miniatur becak dan mobil. Dari kesenangannya sejak SMP, pria berambut cepak ini memutuskan untuk mencoba keahliannya.

Lulusan teknik sipil ini mulai bergerak. Merogoh kocek sendiri ditambah pinjaman dari keluarga, uang sebesar Rp 10 juta menjadi modal usahanya.

Dari uang itu, Wawang kemudian membelikan beberapa mesin pemotong, gerinda, penghalus, hingga membeli bahan aluminium dan tembaga bekas. Aluminium dan tembaga bekas ia yang peroleh dari pengumpul. "Sekilonya dulu masih murah, masih terjangkau dan mudah diperoleh," ujarnya.

Di rumah yang sekaligus berfungsi sebagai bengkel usahanya, di Jalan Benowo Winong KG III, Kawasan Kota Gede Yogyakarta, Wawang mula-mula bekerja dibantu seorang karyawan.
Disainnya yang lahir lewat proses kreativitas, diakui konsumennya. Pria berkulit sawo matang ini terkadang menelusuri berbagai jenis becak dan angkutan lawas, seperti kereta kuda dan motor besar. "Banyak juga yang murni dari hasil kreasi saya," kata dia.

Dari sini, Wawang lalu memasarkan hasil kreasinya ke beberapa outlet yang ramai wisatawan selain memajang di toko kerjanya. Ia menuai hasil menggembirakan. Para bule yang lalu lalang di kawasan itu menikamati surga kreativitas oleh-oleh Yogyakarta itu.
Wisatawan Eropa, khususnya Prancis, Belanda, dan Jerman memesan produk yang ia hasilkan. Produksi awal masih puluhan unit dengan belasan model. Sepuluh tahun kemudian, menjadi lebih dari 50 jenis dan 1.000 unit miniatur.

Berbagai bentuk minatur unik yang ia pasarkan antaralain alat transportasi dari jaman dulu seperti becak, andong, sepeda onthel, kereta kuda, hingga aneka motor gede. Belakangan, dia tak lagi terpaku pada alat transportasi saja, tetapi juga hewan, topeng yang menyapu peminat tak kalah jamak.
Saat masa jaya, pada 2005, Wawang mempekerjakan hingga 10 karyawan dengan nilai penjualan mencapai ratusan juta.

Gempa Menjadi Cobaan
Gempa bumi yang menimpa Yogyakarta dan sekitarnya sempat menjadi kesulitan tersendiri. Omzetnya turun menjadi setengahnya. Ditambah lagi, tak dapat memenuhi permintaan ekspor. Untunglah bantuan dari pemerintah setempat dan Departemen Perdagangan menyelamatkan usahanya.

Kini, kembali harga bahan baku yang membuat usahanya tersudut. Order kembali mengalir, namun bahan baku tak mencukupi akibat harga tinggi. "Bahan baku aluminium dan tembaga sulit diperoleh," tutur Wawang.
Wirotocraft kini memiliki tujuh karyawan. Pembuatan miniatur mendahulukan pelanggan dibanding eceran.
Hasil karyanya, Wawang mematok harga per unit mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 250 ribu per unit eceran. Sedangkan barang pesanan bisa mencapai jutaan rupiah per unitnya.

Omzet per bulan perusahaannya kini mencapai Rp 75 juta hingga Rp 100 juta. Kendala lainnya untuk pasaran ekspor, biasanya dikumpulkan di satu pedagang besar untuk diekspor ke negara tujuan. Kendalanya, Wawang menyatakan agak sulit dalam perputaran barang.

Salah satu cara agar usaha terus bergeliat Wawang rajin mengikuti pameran lokal dan internasional yang ada di Indonesia. Mengikuti pameran, Wawang mengakui dapat menutupi beban produksi dengan mengadakan perjanjian pembayaran uang muka bagi calon pembelinya.

"Saya mewajibkan pembayaran uang muka untuk pemesanan barang," katanya.
Benar saja, dalam pameran perdagangan kelas Internasional yang ia ikuti beberapa waktu lalu, konsumen asal Korea dan Asia Timur banyak yang menyambangi.

Agar bisa mengikuti keinginan pasar, Wirotocraft secara rutin mengikuti pembinaan dari Departemen Perdagangan, termasuk pameran. Wawang yakin disain yang kreatif takkan pernah kehilangan pembeli, dalam keadaan apapun.

Begitulah kawan sebuah keputusan harus dibarengi niat yang bulat. kata siapa kita tidak perlu kerja keras?.. Wirausaha itu butuh kerja keras. Setelah stabil barulah konsep Kerja cerdas bisa berjalan
Wahai sobat-sobat entrepreneur mari bersakit-sakit dahulu dan sukses kemudian.. Tetap semangat dan salam sukses buatmu sobat!!.. :)
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.