Profil Bisnis: Miniatur Kapal Dalam Botol Dari Mojokerto
Terkadang kita harus banyak menambah wawasan untuk memulai bisnis, bukan sekedar untuk menirunya tapi diluar itu untuk menambah wawasan wirausaha, menambah semangat dan menumbuhkan inspirasi . Buatlah diri anda seolah-olah sebagai seorang pebisnis. Salah satu contohnya adalah berikut, Profil Bisnis: Miniatur Kapal Dalam Botol Dari Mojokerto. Sebuah bisnis yang berawal dari iseng dan hobby semata tapi ternyata menuai sukses. Perajin tersebut adalah Jemy, perajin miniatur
kapal dari Mojokerto, Jawa Timur.
Kira-kira sepuluh tahun silam, Jemy yang tinggal di river
side alias di pinggir kali Brantas itu, sedang iseng membuat sebuah kapal mini
berbahan kayu lengkap dengan layar dan talinya. Inilah cikal bakal Bisnis Miniatur Kapal Dalam Botol.
Karena belum ada rencana membisniskan keisengannya itu, Jemy
pun mengaku tak mengeluarkan modal. Dia mengaku hanya mengeluarkan ongkos
membuat kapal mini itu Rp 50.000. “Awalnya memang untuk mainan, ongkos
membuatnya ya segitu itu,” ujar Jemy.
Namun ternyata, kapal mainannya itu banyak yang suka.
Apalagi, Jemy mengerjakan miniaturnya itu dengan sangat serius, sangat detail
dan sangat halus. Nah, sesaat setelah peluncuran perdana kapal mininya,
mulailah pesanan berdatangan kepadanya.
Suami dari Isna ini kini sudah membuat miniatur beragam
jenis kapal. Mulai dari miniatur kapal Dewarutji hingga Phinisi lainnya.
Biasanya untuk satu kapal, Jemy hanya butuh waktu sepuluh hari untuk
menyelesaikannya. Untuk pasokan bahan, ia tidak mengalami kesulitan. Daerah Mojokerto,
tempat tinggalnya, banyak tersedia kayu. Entah itu kayu lembaran, balok, maupun
gelondongan.
Jemy juga membuat kapal dengan berbagai ukuran. Besar
kecilnya ukuran kapal akan menentukan banderol harganya. Untuk Phinisi ukuran
15 cm, misalnya, Jemy mematok harga Rp 20.000.
Mau yang lebih eksklusif? Jemy pernah melepas kapal seharga
Rp 17 juta. Kapal ini pesanan warga Korea. Banderolnya bisa selangit karena
ukuran kapal juga tidak main-main. “Kapal yang dipesan ukurannya empat meter
dan saya butuh waktu tiga bulan untuk membuatnya,” katanya. Nah, jika cuma
butuh kapal mini yang standar, harganya juga masih sangat terjangkau, di
kisaran Rp 100.000 saja.
Selain kayu, dia juga memanfaatkan bahan bekas yang lain,
seperti bungkus semen yang bisa digunakan sebagai layar miniatur kapal. Ia
menjelaskan, untuk membuat layar miniatur kapal, dia selalu menggunakan bungkus
semen yang diberi lapisan melamin sehingga warna yang dihasilkan lebih cokelat
dan lebih mengkilap seperti layar sungguhan.
Untuk setiap miniatur kapal dengan panjang 12
sentimeter, tinggi 6 cm, dan lebar 4 cm,
dipatok dengan harga Rp150 ribu per unitnya, tergantung jenis serta kerumitan
proses perbuatannya. “Kalau semakin rumit, tentu harga jualnya akan tinggi,”
katanya.
Ia mengaku, ukuran miniatur kapal yang paling besar yang
pernah dibuat, berukuran panjang 2 meter, tinggi 1,6 meter, dan lebar 80 cm.
“Miniatur kapal ini saya jual dengan harga Rp.6 juta kepada seorang wisatawan
mancanegara asal Belanda,” katanya.
Jenis kapal yang dibuatnya pun bervariasi, dari kapal
tradisional Majapahitan hingga kapal perang Eropa dan kapal dagang Cina.
“Pembuatan jenis dan ukuran kapal ini juga tergantung dari pesanan, dan saat
ini yang paling laris adalah kapal dagang Cina,” katanya.
Dalam satu hari, dia mampu membuat 4-5 kapal. Namun,
pengerjaannya dibagi dengan beberapa karyawannya. Satu orang membuat lambung
kapal, satu membuat layar kapal, dan yang lain membuat variasi kapal lainnya.
Tidak hanya sekadar membuat miniatur kapal saja, dia juga
bisa membuat miniatur kapal di dalam botol. “Miniatur kapal jenis ini juga
lumayan banyak peminatnya karena tergolong unik. Untuk pembuatannya, saya
menggunakan sumpit dan merakit rangkaian kapalnya di dalam botol tersebut,”
katanya.
Terima pesanan dari foto
Seiring tuntutan untuk terus berinovasi, Jemy juga
meluncurkan jenis miniatur kapal dalam botol atau bohlam lampu. Bahkan kini,
inovasi itu menjadi andalan bisnis Jemy. Dan tentu saja, harga kapal dalam
botol atau bohlam ini juga berbeda. Maklum, bikinnya juga susah. “Saya
merangkai kapal dengan pinset,” katanya.
Ukuran botolnya juga bermacam-macam. Paling besar, Jemy
menggunakan botol minuman berukuran dua liter. Ada juga kapal yang ia masukkan
dalam botol infus kaca atau bohlam lampu ukuran sepuluh watt. Harganya paling
murah sekitar Rp.40.000.
Sedangkan untuk miniatur kapal dalam botol ukuran dua liter,
Jemy melepas dengan harga Rp 150.000. Jemy mendapatkan botol-botol bekas
minuman dari para pemulung.
Oh, iya, namanya saja miniatur, Jemy membuat kapal-kapal
mini itu semirip mungkin dengan aslinya. Termasuk perbandingan ukuran layar dan
tiangnya. Untuk bahan layar, Jemy memanfaatkan serat pelepah pisang atau kulit
kambing. Dan untuk tali, kadang dari benang atau bahkan dari serat sutra.
Tak jarang, si pemesan datang membawa foto kapal. Nah dari
sana, Jemy mulai menghitung skalanya. “Kapal model apapun saya bisa kerjakan,”
ungkap Jemy mantab. Ia mengaku tak kesulitan untuk membuat kapal sesuai
pesanan.
Kini, setelah sepuluh tahun menggeluti usaha unik ini, Jemy
yang dulunya pernah membuka usaha sandal dan sepatu sudah mulai menikmati masa
jaya. Paling tidak dalam satu minggu, rumahnya kebanjiran pesanan sekitar 200
buah miniatur kapal. Untuk memenuhi pesanan itu, Jemy mempekerjakan 17 tenaga
kerja, rata-rata anak muda.
“Pemesannya banyak dari Jakarta, Palembang, Bali, dan
Batam,” katanya. Dalam satu minggu, sedikitnya Jemy bisa mengantongi
penghasilan hingga sebanyak Rp 35 juta.
Kebanyakan pesanan miniatur kapal itu untuk dijual kembali.
Tujuannya antara lain ke Singapura. Jemy memang tidak memberi merek miniatur
kapalnya. Hanya, sejak bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat mengikuti
pameran di Pekan Raya Jakarta beberapa tahun lalu, Jemy mulai memasang bendera
merah putih mini di setiap kapal kecilnya. “Itu permintaan Pak Presiden,”
ungkapnya.
Bagi Jemy, ajang pameran memang penting untuk mendongkrak
omsetnya. Karena biasanya dari ajang itu, jaringan kerjanya bisa kian terbuka.
Ke depannya, selain ingin memperluas pasar miniatur kapal, Jemy juga menyimpan
satu keinginan sederhana. “Memiliki showroom sendiri,” ujarnya.
sumber: bisnisukm