Miniatur Wayang Golek Di Minati Pangsa Luar Negeri
Kesenian sudah menjadi ciri setiap bangsa. Begitu pula
dengan Indonesia yang kaya dengan budaya dan kesenian daerah. Misalnya saja
Wayang Golek di Jawa barat. Terbetik kabar bahwa miniatur wayang golek
diminati pangsa luar negeri. Hasil seni yang awalnya hanya laku dijual di dalam
negeri kini mulai dilirik pangsa luar negeri. Sering kali kita mengganggap
remeh budaya sendiri yang padahal nilainya sangat tinggi di mata dunia. Untuk
lebih lanjut mari kita ikuti penuturan dari Muadz Hadsi, perajin miniatur
wayang golek di Bandung, Jawa Barat di bawah ini. Bagaimana sebuah wayang golek
diciptakan dan menarik minat para eksportir luar negeri. Pak Muadz mengatakan
bahwa kini Gatot kaca mampu melanglang buana.
Akhirnya Miniatur Wayang Golek Di Minati Pangsa Luar Negeri
Wayang Kulit Mini Turut Diminati Pangsa Luar Negeri
Kesenian yang satu ini memiliki nilai jual tinggi sebagai
barang seni. Wayang sudah mendapat pengakuan sebagai warisan budaya dunia dari
Indonesia. Tak cuma berukuran standar, wayang kulit dan golek juga hadir dalam
bentuk mini. Selain dalam negeri, peminatnya juga datang dari luar negeri.
Perajin pun mendulang penghasilan besar.
Gatot Kaca dengan otot kawat dan tulang besi menjadi tokoh
populer dalam dunia pewayangan. Begitu juga dengan Pandawa, seperti Bima dan
Arjuna. Pertunjukan wayang kulit dan golek sering mengangkat epos tentang
mereka.
Popularitas Gatot Kaca dan tokoh-tokoh dalam dunia wayang
membuat suvenir wayang kulit dan golek banyak diminati orang, termasuk wayang
yang berbentuk mini. Tak hanya pencinta pertunjukan wayang saja, melainkan juga
orang kebanyakan.
Kehadiran wayang mini merupakan salah satu cara untuk makin
mengenalkan budaya asli Indonesia, terutama Jawa dan Sunda, ini hingga
mancanegara. Sebab, miniatur wayang juga bisa menjadi hiasan untuk mempercantik
ruangan Anda.
Dengan miniatur wayang, "Saya ingin wayang lebih dikenal
masyarakat, tidak hanya saat pergelaran berlangsung," kata Muadz Hadsi,
perajin miniatur wayang golek di Bandung, Jawa Barat.
Muadz membuat miniatur wayang golek sejak 10 tahun lalu
dengan bermacam tokoh, seperti Arjuna, Bima, Gatot Kaca, Rama, dan Shinta.
Meski bentuknya mini, ia tetap menghadirkan karakter tokoh wayang yang sama
dengan wayang ukuran standar yang biasa dipakai dalam pertunjukan. Mulai dari
pahatan wajah hingga pakaian.
Tak hanya itu, Muadz juga menggunakan kayu-kayu pilihan
sebagai bahan baku utama wayang golek mininya. Proses pewarnaannya pun tak
main-main. "Dengan pewarnaan semprot, wayang kelihatan lebih alami dan
bagus," ujarnya.
Dengan kualitas jempol yang ditawarkan Muadz, tak heran
miniatur wayang golek buatannya tak hanya disukai pasar lokal saja, melainkan
juga pasar luar negeri. Setiap bulan, ia rutin mengirimkan produknya ke China
dan Korea Selatan sebanyak 300 wayang golek mini.
Adapun untuk pasar dalam negeri, Muadz mampu menjual 200
wayang golek mini per bulan. Dengan harga mulai Rp 100.000 hingga Rp 500.000
per item, saban bulan ia mampu meraih omzet hingga Rp 50 juta.
Endhi Suryadi asal Bandung, Jawa Barat, juga membuat
miniatur wayang golek. "Prospeknya lumayan cerah sebab merupakan seni
kreatif dan pemainnya masih relatif sedikit," katanya.
Memulai usaha sejak 2008, Endhi tergerak untuk terjun ke
bisnis pembuatan miniatur wayang karena tergiur dengan keuntungannya. Selain
itu, dia ingin menjaga kelestarian kesenian tradisional Sunda.
Dengan mempekerjakan 20 orang, Endhi banyak memakai tenaga
kerja yang memiliki keahlian membuat miniatur wayang golek. "Namun, banyak
juga yang masih awam sehingga perlu di-trainingselama satu bulan dulu,"
ujarnya.
Endhi mengatakan, untuk membuat satu miniatur wayang golek
istimewa, kira-kira membutuhkan waktu paling lama dua minggu. Sementara untuk
menghasilkan miniatur wayang golek biasa hanya memerlukan hitungan hari saja.
Harga miniatur wayang golek buatan Endhi mulai dari Rp
10.000 untuk produk gantungan kunci sampai Rp 65.000 untuk ukuran 21
sentimeter. Tak hanya wayang golek mini, Endhi juga kerap melayani pemesanan
wayang golek raksasa dengan ukuran mencapai dua meter. "Sebulan bisa ada
dua pesanan wayang golek raksasa yang masuk. Harganya bisa Rp 8 juta hingga Rp
10 juta," katanya.
Ditambah penjualan wayang golek mininya, penghasilan Endhi
per bulan mencapai Rp 50 juta. Omzet itu baru dari penjualan produk yang
pemasarannya ke seluruh Indonesia.
Soalnya, Endhi juga melego miniatur wayang golek buatannya
ke sejumlah negara, seperti Kanada, Jerman, dan Belanda. Khusus wayang golek
berukuran jumbo, menurutnya, kalau sudah sampai ke tangan pembeli luar negeri,
harganya bisa melonjak hingga Rp 20 juta, tergantung motif dan ukurannya.
"Selain unik dan khas Indonesia, orang asing sangat suka dengan
ukiran-ukiran wayang bentuk mahkota," katanya.
Kalau Muadz dan Endhi memproduksi miniatur wayang golek,
Rusmadi membuat wayang kulit mini. Perajin wayang kulit asal Yogyakarta ini
menuturkan, untuk membikin wayang kulit mini dibutuhkan bahan baku berupa kulit
sapi perkamen dan kayu jati atau mahoni.
Rusmadi biasa membeli kulit sapi lembaran yang sudah disamak
dari sebuah pabrik di Magetan, Jawa Timur. "Setiap bulan saya dipasok satu
kuintal. Kalau dulu ayah saya bisa beli sampai satu ton," ungkap Rusmadi
yang berguru membuat wayang kulit dari sang ayah tercinta.
Adapun bahan baku kayu jati atau mahoni, didapat Rusmadi
dari limbah atau sisa-sisa produksi toko furnitur di Bantul, Yogyakarta.
Tokoh-tokoh wayang kulit yang digemari masyarakat adalah Pandawa dan Punakawan,
semisal Semar, Petruk, dan Gareng.
Tak hanya wayang kulit mini, Rusmadi juga tetap membuat
wayang berukuran standar untuk pergelaran wayang ataupun koleksi. Proses
produksi wayang kulit mini pertama-tama dengan menggambar motif tokoh
pewayangan pada lembaran kulit sapi dengan tinggi 30 sentimeter. Kemudian
digunting mengikuti pola, baru dicat. Pada sentuhan akhir, batang kayu dipasang
di sosok wayang dari bagian leher sampai sekitar lima sentimeter melewati batas
bawah wayang.
Kayu-kayu itu juga dijadikan kelir atau layar tempat
memainkan wayang. Tinggi kelir 30 sentimeter dengan panjang 40 sentimeter.
"Tokoh wayang disusun berhadapan. Di tengah mereka ada gunungan,"
tutur Rusmadi