Kisah Sukses Perjuangan Merry Riana, Miliarder Muda
Kisah sukses seorang pengusaha terlhat menarik tapi dibalik
itu banyak kisah pahit getir yang harus dialaminya. Inilah Kisah Sukses perjuangan
Merry Riana, Miliarder muda asal Jakarta yang sukses berkiprah di dunia bisnis.
Seperti juga halnya Kisah sukses Bob Sadino dari Tahun 1969, Merry Riana
memulai bisnisnya untuk mandiri dari banyak kegagalan. Tapi Merry memiliki
mimpi Mandiri dalam finansial di usia Muda. Sebuah mimpi setiap orang apalagi
bagi mereka yang masih berjiwa muda. Hal ini berhasil di raih oleh wanita
energik yang tak pernah henti-hentinya berusaha demi meraih keberhasilannya. Inilah
semangat Merry Riana sang miliarder di Usia muda.
Muda, cantik, dan penuh pesona, itulah yang mungkin akan
terlintas ketika melihat sosok wanita ini. Namanya melejit di dunia
internasional berkat kesuksesan meraup penghasilan satu juta dolar AS di usia
26 tahun.
Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perjalanannya
meraih sebuah kejayaannya pun menempuh sejumlah permasalahan. Mulai dari gagal
tes masuk dunia perkuliahan hingga kehilangan uang puluhan dollar. Bagaimana
wanita cantik ini bisa meraih miliaran rupiah di usia muda? Berikut kisah
perjalanannya.
Cita-cita kandas Teknik Elektro
Sebelum hijrah dari Tanah Air ke Singapura untuk meraih
kesuksesan, Merry sempat bermimpi melanjutkan pendidikannya di Jurusan Teknik
Elektro Universitas Trisakti. Namun cita-citanya itu harus pupus lantaran
kerusuhan besar di Jakarta tahun 1998.
Kerusuhan terjadi bukan kerusuhan biasa. Tumpah darah,
perusakan dan korban jiwa tergambar jelas di sekitar Jakarta. Demi keselamatan
dan tak mau ambil risiko, kedua orangtuanya pun akhirnya memutuskan untuk
menyekolahkan Merry di Singapura.
Gagal tes bahasa Inggris di Nanyang Technological
University
Karena keputusan kedua orangtua yang begitu mendadak,
sesampainya di Singapura Merry tidak memiliki persiapan yang cukup. Dia pun
gagal tes bahasa inggris di Nanyang Technological University.
Tanpa persiapan bekal dana yang memadai pula, Merry meminjam
dana dari pemerintah Singapura untuk memenuhi segala kebutuhannya selama hidup
di Negeri Singa.
Cukup banyak total pinjamannnya kala itu yang mencapai
40.000 dollar Singapura. Dengan uang saku yang sangat minim, Merry harus
menjalani hari-harinya dengan superhemat. Untuk makan saja dia lebih sering
makan roti atau mi instan, bahkan berpuasa.
Target kebebasan finansial sebelum 30
Tak masalah dengan keterbatasan dana saat di Singapura. Di
tahun keduanya kuliah di Negeri Singa, Merry pun mulai membangun segelintir
impiannya. Ia memiliki tekad besar mencapai sebuah kebebasan finansial sebelum
umurnya menginjak angka kepala tiga.
Meski sudah punya mimpi dan didukung semangat, ketika itu
Merry masih dilanda kebingungan cara seperti apa yang tepat untuk mewujudkan
angan-angannya itu.
Merry akhirnya magang di perusahaan produsen semikonduktor.
Namun di situ ia berpikir upah yang didapatnya baru bisa melunasi utang dalam
waktu 10 tahun, tanpa tabungan. Dan artinya Merry tidak bisa mewujudkan
cita-citanya yang ingin meraih kebebasan finansial di bawah umur 30 tahun.
Merry Riana Organization
Tak pernah mengeluh dan putus asa, Merry terus memutar otak
bagaimana caranya agar apa yang diinginkan bisa tercapai. Dia memutuskan untuk
berwirausaha meskipun tak punya bekal pendidikan dan pengalaman bisnis.
Dalam perjalannya Merry sempat punya pengalaman pahit.
Pernah mencoba praktik dengan terjun ke multi-level marketing meski akhirnya
rugi 200 dollar. Bahkan pernah kehilangan 10.000 dollar ketika memutar uangnya
di bisnis saham. Mentalnya sempat jatuh meski dalam kondisi tersebut masih bisa
menyelesaikan kuliah.
Setahun bekerja setelah tamat kuliah, tepatnya di usia 23
tahun, Merry sudah berpenghasilan 220.000 dollar Singapura. Kira-kira sekitar
Rp 1,5 miliar dan ia mendirikan Merry Riana Organization (MRO) di tahun 2004.
Total penghasilan Rp 7 miliar
Jatuh bangunnya perjuangan Merry seperti dijadikan
pengalaman yang sangat berharga bagi dirinya. Bersama timnya di MRO, Merry
memiliki program pemberdayaan perempuan dan anak-anak muda. Melalui perusahaan
besutannya sendiri ini, Marry mulai tumbuh dan dikenal sebagai seorang
motivator serta pembicara ulung.
Dua tahun berikutnya di usia 26 tahun, penghasilan totalnya
mencapai 1 juta dollar Singapura atau sekitar Rp 7 miliar. Kini setelah apa
yang dicita-citakan sudah tercapai, wanita kelahiran Jakarta 29 Mei 1980 ini
pun memutuskan untuk menetap kembali di Indonesia dan berbagi ilmu agar
memiliki hidup yang lebih berarti.