Misteri Ainul Hayat, Mata Air Nabi Khaidir Mata Air Awet Muda
Pernah dengar dengan berbagai hikayat mata air awet muda? Bahkan
di Film terakhir Pirate of Caribean – Jack Sparrow dijadikan topik utama
filmnya. Ternyata ada juga dalam Islam dikisahkan tentang Hikayat Mata Air
Ainul Hayat, Mata air awet muda Nabi Khaidir. Misteri Ainul Hayat, Mata air
Nabi Khaidir Mata air awet muda yang sering dituturkan oleh para ulama sebagai
wawasan bagi kaum muslimin. Fenomena mata air awet muda ini masih diperdebatkan
keberadaannya. Benarkah Mitos Mata Air Ainul Hayat ini benar ada?
Ainul Hayat menurut beberapa ahli tafsir merupakan air
kehidupan yang bisa memperpanjang usia manusia. Barang siapa yang meminum
airnya seteguk, maka ia tidak akan mati sampai hari kiamat atau jika ia memohon
kepada Allah SWT untuk dimatikan. Dalam beberapa riwayat menyebutkan bahwa
Dajjal sebagai musuh nyata manusia pernah mandi dan minum air ini sehingga
tetap hidup hingga saat ini. Tidak hanya Dajjal, seorang Nabi bernama Khidir
juga dipercaya masih hidup hingga saat ini karena meminum air tersebut. Wallahualam
bishowab.
Ainul Hayat mencuat dalam kisah hidup Nabi Khidir yang hidup
dalam masa pemerintahan Raja Dzul Qarnain yang namanya tertera dalam Alquran
Surah Al Kahfi 83-101. Dalam sebuah Kisah yang diriwayatkan oleh Ats-tsa labi
dari imam Ali diceritakan bahwa Dzul Qarnain merupakan raja yang disegani dan
ditakuti orang di seluruh dunia pada zamannya. Namun demikian Ia adalah raja
yang sangat taat kepada Allah SWT sehingga selalu didampingi oleh seorang
malaikat yang bernama Rofa'il.
Kebersamaannya dengan malaikat membuatnya selalu bertanya
tentang dunia dan akhirat. Ia bertanya bagaimana dengan ibadah malaikat kepada
Allah. Malaikat lalu menjawab bahwa diantara mereka ada yang berdiri dan tidak
mengangkat kepala selama-lamanya, sujud dan tidak mengangkat kepala karena
tidak menyianyiakan waktu untuk selalu berbadah kepada Allah SWT.
Mendengar itu raja lalu mengatakan bahwa dirinya ingin hidup
selama-lamanya agar bisa lebih lama beribadah kepada Allah. Malaikat pun lantas
menunjukan bahwa sebenarnya Allah menciptakan air di bumi yang bernama Ainul
Hayat, artinya sumber air hidup. Siapa yang meminum airnya seteguk, maka ia
tidak akan mati sampai hari kiamat atau jika ia memohon kepada Allah SWT untuk
dimatikan.
Ia lalu mengumpulkan seluruh ulama untuk mencari tahu
keberadaan Air tersebut. Ternyata hanya satu orang yang mengetahui yakni Nabi
Khidir, Ia pernah membaca wasiat tentang Air tersebut dari Nabi Adam AS.
Menurut Nabi, Ainul Hayat berada di tempat yang gelap dan ditempat terbitnya
matahari dan merupakan ujung dari dunia. Di manakah tempat itu?
Raja dan rombongan akhirnya mencari tempat tersebut dalam
kurun 12 tahun perjalanan. Akhirnya mereka berhasil menemukan tempat terbitnya
matahari. Tempatnya digambarkan adalah sebuah tempat yang gelap namun gelapnya
bukanlah seperti di waktu malam hari, melainkan gelap karena ada pancaran
seperti asap.
Kemudian Raja Iskandar Zulkarnain mulai memasuki area gelap
tersebut dengan memerintahkan Nabi Khidir as untuk menemaninya bersama beberapa
tentara yang ikut masuk dan yang lainnya lagi menunggu di tepi luar area gelap
tersebut.
Pada saat mereka berjalan pada tempat gelap tersebut, maka
Allah memberi wahyu kepada Nabi Khidir : “Wahai Khidir, bahwa sesungguhnya
Ainul Hayat itu letaknya berada disebelah kanan jurang dan Ainul Hayat ini Aku
khususkan untuk kamu!”.
Kemudian Nabi Khidir as menuju kanan jurang hingga beliau
menemukan Ainul Hayat itu. Beliau turun dari kudanya, melepaskan pakaiannya dan
turun ke Ainul hayat tersebut. Beliau mandi dan minum air sumber hidup tersebut
dan beliau merasakan bahwa airnya lebih manis daripada madu. Sesudah mandi dan
minum air tersebut, beliau keluar dari tempat itu kemudian menemui Raja
Iskandar Zulkarnaen. Raja tidak mengetahui apa yang telah terjadi atas diri Nabi
Khidir as. Wallahualam bishowab.
Sebagian ulama mempercayai bahwa Nabi hidup hingga saat ini
karena meminum air tersebut. Namun pengetahuan sebenarnya hanya milik Allah
SWT. Manusia mungkin tidak mengetahui bagaimana kebenaran yang sesungguhnya.