Peluang Bisnis Baru - Bisnis Warung Sarapan Pagi
Sebuah kisah bisnis Ibu Laminah yang terinspirasi rutinitas pagi hari dan mencetuskan ide Peluang bisnis baru - Bisnis warung sarapan pagi. Bisnis ini bermula dari kebingungan ibu Laminah dalam mencari tambahan penghasilan untuk meringankan tugas suami dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Sebelumnya beberapa teman mengajaknya untuk bekerja pada salah satu usaha jasa pencucian pakaian, namun setelah diutarakan kepada suami, sang suami keberatan.
Sang suami beranggapan pekerjaan (mencuci-red) tersebut akan menguras tenaga dan membuat lelah dirinya sehingga dikhawatirkan urusan rumah tangga keluarganya terbengkalai, terlebih dalam hal mengurus anak-anaknya. Suaminya lebih menyukai jika ibu Laminah tetap banyak menghabiskan waktu di rumah.
Namun karena pada dasarnya ibu Laminah mempunyai keinginan untuk mendapatkan penghasilan tambahan, akhirnya suaminya memberikan saran agar membuka warung kecil-kecilan di teras rumahnya. Usaha yang disarankan suaminya adalah menyediakan makanan yang dibutuhkan di pagi hari untuk sarapan bagi yang tidak sempat mempersiapkan sarapan pagi.
Berdasarkan pertimbangan waktu penjualan makanan sarapan pagi yang hanya sekitar 2 jam saja, tentulah usaha tersebut tidak akan menggangu fungsi pokoknya sebagai istri sekaligus ibu bagi anak-anak, begitu penilaian dan harapan suaminya. Selain itu, alasan yang diutarakan suaminya cukup tepat karena banyak lokasi kost-kostan mahasiswa yang berada di sekitar tempat tinggalnya. Terlebih umumnya sebagian besar dari mereka adalah kost-kostan putra yang penghuninya lebih senang membeli makanan di warung ketimbang memasak di rumah. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan dipilihlah usaha berjualan makanan sarapan hari.
Menu yang ditawarkan antara lain nasi kuning, bubur nasi, nasi putih, aneka sayuran, opor tahu-ayam-telur serta beberapa gorengan seperti tempe, tahu, pisang goreng, tape singkong, dan bakwan. Untuk nasi dan sayur tidak ada harga pasti yang dipatoknya, semua tergantung dari jumlah dan lauk apa yang dikehendaki pembeli. Misalnya telur seharga 1.500 per biji, ayam antara 2000 sampai 3000 rupiah tergantung dari jenisnya dan untuk gorengan ia jual dengan harga 500 rupiah per buah.
Namun karena pada dasarnya ibu Laminah mempunyai keinginan untuk mendapatkan penghasilan tambahan, akhirnya suaminya memberikan saran agar membuka warung kecil-kecilan di teras rumahnya. Usaha yang disarankan suaminya adalah menyediakan makanan yang dibutuhkan di pagi hari untuk sarapan bagi yang tidak sempat mempersiapkan sarapan pagi.
Berdasarkan pertimbangan waktu penjualan makanan sarapan pagi yang hanya sekitar 2 jam saja, tentulah usaha tersebut tidak akan menggangu fungsi pokoknya sebagai istri sekaligus ibu bagi anak-anak, begitu penilaian dan harapan suaminya. Selain itu, alasan yang diutarakan suaminya cukup tepat karena banyak lokasi kost-kostan mahasiswa yang berada di sekitar tempat tinggalnya. Terlebih umumnya sebagian besar dari mereka adalah kost-kostan putra yang penghuninya lebih senang membeli makanan di warung ketimbang memasak di rumah. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan dipilihlah usaha berjualan makanan sarapan hari.
Menu yang ditawarkan antara lain nasi kuning, bubur nasi, nasi putih, aneka sayuran, opor tahu-ayam-telur serta beberapa gorengan seperti tempe, tahu, pisang goreng, tape singkong, dan bakwan. Untuk nasi dan sayur tidak ada harga pasti yang dipatoknya, semua tergantung dari jumlah dan lauk apa yang dikehendaki pembeli. Misalnya telur seharga 1.500 per biji, ayam antara 2000 sampai 3000 rupiah tergantung dari jenisnya dan untuk gorengan ia jual dengan harga 500 rupiah per buah.
Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Usaha Ini
Selain ibu laminah, memang cukup banyak penjual makanan pagi di sekitarnya, namun kebersihan tempat berjualan milik ibu Laminah bisa diacungi jempol. Ia memang sangat menjaga hal ini. Menurutnya, kebersihan tempat dan kebersihan makanan sangat besar pengaruhnya terhadap pembeli.
Untuk membuka warung penyedia sarapan pagi, peralatan yang diperlukan seperti layaknya peralatan memasak biasa. Contohnya adalah panci untuk merebus ayam dan telur sebelum dijadikan opor. Soblok untuk memasak nasi kuning dan nasi putih. Wajan untuk menggoreng lauk dan juga berbagai gorengan. Dan diperlukan juga beberapa wadah sebagai tempat untuk meletakkan makanan-makanan yang telah dimasaknya untuk digerai diatas meja teras rumahnya. Setiap harinya ibu laminah bangun sekitar pukul 4 pagi untuk memasak dan menyiapkan makanan yang akan dijualnya.
Nasi kuning buatan ibu Laminah sangat disukai oleh pelanggannya, karena racikan bumbu yang digunakannya sangat pas sehingga nasi kuning buatannya sangat gurih dan enak. Setiap pagi ia membuat nasi kuning sebanyak 4 kg beras. Setelah beras dicuci bersih, beras direbus dengan santan bukan dengan air biasa. Santan ini dibuat dari satu butir kelapa utuh dan beras tersebut dibumbui garam, kunir dan daun salam. Pembeli di warung ibu Laminah memang kebanyakan adalah anak-anak kos. Banyak pula para ibu rumah tangga yang membeli sayur dan lauk pauk untuk sarapan pagi anak-anak mereka sebelum berangkat ke sekolah.
Simulasi Keuntungan dalam 1 Bulan
Nasi kuning buatan ibu Laminah sangat disukai oleh pelanggannya, karena racikan bumbu yang digunakannya sangat pas sehingga nasi kuning buatannya sangat gurih dan enak. Setiap pagi ia membuat nasi kuning sebanyak 4 kg beras. Setelah beras dicuci bersih, beras direbus dengan santan bukan dengan air biasa. Santan ini dibuat dari satu butir kelapa utuh dan beras tersebut dibumbui garam, kunir dan daun salam. Pembeli di warung ibu Laminah memang kebanyakan adalah anak-anak kos. Banyak pula para ibu rumah tangga yang membeli sayur dan lauk pauk untuk sarapan pagi anak-anak mereka sebelum berangkat ke sekolah.
Simulasi Keuntungan dalam 1 Bulan
Pemasukan
Omset satu bulan : Rp. 250.000,00 x 30 hari = Rp. 7.500.000,00
Pengeluaran
Belanja bahan baku (beras, telor, ayam, tahu, tempe, sayuran, dsb) = Rp. 3.000.000,00
Bahan bakar = Rp. 600.000,00
Tranportasi = Rp. 150.000,00
Total pengeluaran = Rp. 3.750.000,00
Keuntungan bersih per bulan:
Rp 7.500.000,00 – Rp 3.750.000,00 = Rp 3.750.000,00