Perjalanan Bisnis Aneka Olahan Bakery Asa Bersaudara
Seorang Ibu mampu bertahan menjalani hidup dengan wirausaha
bakery. Lika-liku hidupnya membuahkan hasil kesuksesan Aneka olahan Bakery.
Kemauan yang kuat mengantarkan perjalanan bisnis aneka olahan bakery Asa
Bersaudara sukses hingga kini. Inilah kisah sukses Ibu Suyatmi (33) untuk bisa
membantu perekonomian keluarga, beliau berusaha keras mewujudkan tekadnya untuk
memiliki dan mengembangkan usaha sendiri. Diawali dengan terseok-seok sampai
akhirnya berhasil. Berikut adalah
kutipan wawancara yang Admin Fortune 99 ambil dari Tim Liputan Bisnisukm sebagai sumber beritanya.
Di rumahnya Pulo Brangkal Karanganyar Purwodadi, ibu dua
orang putra tersebut mampu mengasah keahliannya dalam bidang memasak dengan
mengembangkan usaha produksi roti goreng. Selama kurang lebih 12 tahun, Ibu
Suyatmi yang dibantu anggota keluarganya mampu mengembangkan ‘bisnis rumahan’
tersebut menjadi sebuah bisnis yang beromzet puluhan juta Rupiah.
Ditemui di rumahnya, Ibu Suyatmi berujar bahwa kesuksesannya
saat ini merupakan buah dari hasil kerja keras yang dibarengi tekad kuat untuk
maju. “Pada awalnya memang berat, karena saat itu kami belum punya ‘modal’
apapun, baik skill ketrampilan, maupun dana yang terbatas, namun dengan tekad
kuat serta dukungan dari pihak keluarga, semua kendala tersebut lambat laun
bisa teratasi,” ujarnya. Mengusung ASA BERSAUDARA
sebagai nama usahanya, Ibu Suyatmi pada awalnya hanya mampu memproduksi 5 kg
tepung per harinya. Kondisi demikian bertahan hingga kurang lebih 5 tahun
hingga beliau berkesempatan mengikuti pelatihan ketrampilan yang diadakan oleh
salah satu produsen tepung terkemuka asal Semarang.
Keikutsertaan Ibu Suyatmi dalam pelatihan tersebut menjadi
titik awal perkembangan usahanya, baik dari segi kualitas, kapasitas, maupun
varian produk kreasinya. “Dari pelatihan itu saya akhirnya memiliki ide untuk
mengembangkan varian produk lain yang masih berbahan dasar tepung, diantaranya
bolang-baling, donat, bakpao, onde-onde
ketawa, roti pisang aneka isian, pangsit, dan kue tambang,” imbuhnya.
Beragam makanan olahan tersebut hingga kini menjadi produk andalan Ibu Suyatmi,
yang pemasarannya mampu menembus puluhan swalayan yang ada di seputaran wilayah
Grobogan.
Dibantu 9 orang tenaga produksinya, saat ini Ibu Suyatmi
mampu memproduksi 12 sak (@25kg) tepung setiap harinya. Tepung-tepung tersebut
kemudian diolah menjadi beragam produk makanan olahan (bakery) dengan kapasitas
produksinya yang sama rata. Hasil jadi produk olahan tersebut kemudian
dipasarkan melalui pasar tradisional, swayalan, maupun toko oleh-oleh di
Grobogan dan Semarang. “Di pasar tradisional, kami saat ini sudah memiliki kios
sendiri untuk berjualan, sementara untuk pasokan ke swalayan itu tidak tentu
karena kami menerapkan sistem konsinyasi,” jelas Ibu Suyatmi.
Pemasaran Produk
Memproduksi Aneka
Olahan Bakery Asa Bersaudara Saat ini lebih dari 89 swalayan menjadi ‘langganan’
produk olahan ASA BERSAUDARA. Bahkan dalam waktu dekat, jumlah itu dipastikan
semakin bertambah karena saat ini beliau sedang proses negosiasi dengan
swalayan maupun toko oleh-oleh yang lain. “Untuk bisa menembus swalayan itu
yang paling penting diperhatikan selain kualitas adalah packagingnya, oleh
sebab itu saat ini pun kami masih terus menyempurnakan model packing yang kami
miliki,” tambah Ibu Suyatmi.
Di akhir wawancaranya, Ibu Suyatmi sedikit berbagi tips
terkait proses pengembangan usahanya. “Kalau kita menekuni usaha bakery, maka
kita harus tahu trend pasar yang sedang berkembang seperti apa, ketika produk
sudah tidak laku, maka produk harus diganti dengan produk yang baru, untuk bisa
dimunculkan lagi di lain waktu dan kesempatan,” jelasnya.
referensi wawancara: hasil tim liputan bisnisukm