KISAH SUKSES RENDANG KERING RENDANG DATUK
Belajar dari kegagalan itulah rumus sukses dari beberapa
kisah sukses para pengusaha sukses di Indonesia. Seperti itulah juga kisah Firsty
Indah di Cililitan seorang pengusaha sukses produsen rendang kering asli Padang. Kisah sukses Rendang kering Rendang Datuk ini dimulai dengan berbagai cara. Sebelumnya
dia bersama suaminya pernah berbisnis lain dan mengalami kegagalan. Bisnis ini sukses juga secara online dan rendang kering ini tahan sampai dengan 3 bulan lamanya. Bagaimana
kisah perjalanan Bisnis Rendang Datuk ini dimulai? Yuk kita belajar dari
pengalaman mereka.
Kendati terlahir di Daerah Kuningan, Jawa Barat, wanita
berusia 44 tahun yang akrab disapa Tetty ini memang masih memiliki garis
keturunan Padang sehingga Ia cukup piawai dalam mengolah masakan rendang.
Dengan bimbingan sang mertua yang merupakan orang asli Sumatera Barat,
kemampuan Tetty semakin terasah dan tidaklah heran bila citarasa rendang kering
yang Ia produksi tak kalah bersaing dengan rendang asli buatan orang Padang.
Memiliki suami asli Payakumbuh, Sumatera Barat, sejak
menikah tahun 1995 silam Tetty banyak belajar dari sang ibu mertua yang
kebetulan memiliki usaha katering masakan Padang. Setelah menguasai beberapa
menu masakan Padang, sekitar tahun 2003 yang lalu Ia dan suaminya yang bernama
Hengki Rivando mencoba membuka bisnis rumah makan padang di Pusat Grosir
Cililitan (PGC), Jakarta Timur.
Untuk membantu kelancaran bisnisnya, sang suami bahkan
sengaja resign dari pekerjaannya untuk membesarkan bisnis makanan tersebut.
Mengusung rumah makan Puti Minang sebagai nama usahanya, sayangnya sepasang
suami istri ini gagal dalam merintis usaha rumah makan padang, sehingga
suaminya memutuskan untuk kembali bekerja di sebuah bank.
Meski mengalami kegagalan, namun Tetty belum mau menyerah
dan Ia kembali menggeluti usaha pembuatan rendang yang merupakan ciri khas
masakan Padang. Bermodalkan sisa uang
tabungan sebesar Rp 2 juta yang Ia miliki, Tetty selama beberapa bulan
mulai bereksperimen menciptakan racikan rending yang lezat, hingga akhirnya Ia
pun menemukan formula yang tepat untuk membuat rendang kering khas Padang yang
mampu bertahan hingga tiga bulan lamanya.
Menggunakan Rendang Datuk sebagai brand produknya, sekarang
ini setiap bulannya Tetty bisa menghabiskan sedikitnya 500 kg daging sapi untuk
diolah menjadi rendang kering. Bahkan tidak hanya itu saja, Ia juga mengolah
sekitar 200 kg paru dan 1.000 butir telur menjadi rendang krispi yang rata-rata
produknya dibandrol Tetty dengan harga Rp 40.000,00 sampai Rp 250.000,00 per
toples. Dari bisnis rending yang Ia jalankan saat ini, tidaklah heran bila Ia
bisa meraup omzet sekitar Rp 150 juta setiap bulannya. Bahkan, omzet tersebut
bisa naik hingga 10 kali lipatnya jika memasuki musim Lebaran Idul Fitri dan
Lebaran Haji.
Pasalnya, belakangan ini Ia mulai memasarkannya secara
online sehingga konsumen yang memesan Rendang Datuk tidak hanya masyarakat
lokal namun juga menjadi salah satu obat rindu bagi para perantau yang sekarang
ini menetap di luar negeri. Sampai hari ini Ia mengaku telah mengirimkan produk
Rendang Datuk hingga ke Benua Australia, Amerika, Eropa, dan Timor Leste. Tidak
hanya itu saja, produk rendang tersebut juga mulai dipesan para jamaah
Indonesia yang hendak berangkat umroh maupun haji.
Kekuatan citarasa rendang yang ditawarkan serta daya tahan
produk yang relatif lama, menjadikan produk rendang kering dan krispi ini
diterima pasar dengan baik dan mendatangkan untung besar setiap bulannya.
Semoga informasi kisah pengusaha sukses, berjualan rendang kering via online
ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca dan menjadi salah satu inspirasi
bisnis yang bisa dijalankan para pemula yang sedang bingung mencari peluang
usaha. Maju terus UKM Indonesia dan salam sukses!