Kisah Seorang Nenek Penjual Tempe
Tuhan selalu punya jawaban atas doa seseorang. Jawaban doa itu bisa
iya, bisa tidak, atau.. Tuhan punya rencana yang lebih baik untuk umat-Nya,
seperti dalam kisah berikut ini. Kisah inspiratif di bawah ini bisa menjadi teladannya, Kisah Seorang Nenek Penjual Tempe. Sebuah kisah sederhana tentang doa, ihtiar dan takdir seseorang. Janganlah mudah menyerah dalam hidup ini.
.
.
Di sebuah pinggir kota, hidup seorang nenek yang hidup seorang diri.
Untuk dapat menyambung hidup, nenek tersebut berjualan tempe setiap hari. Pada
suatu hari, sang nenek terlambat memberi ragi, sehingga tempe tidak matang
tepat pada waktunya. Saat daun pisang pembungkus tempe dibuka, kedelai-kedelai
masih belum menyatu. Kedelai tersebut masih keras dan belum menjadi tempe.
Hati sang nenek mulai menangis. Apa yang harus dilakukan? Jika hari ini
dia tidak bisa menjual tempe tersebut, maka dia tidak akan dapat uang untuk
makan dan membeli bahan tempe untuk esok hari. Dengan air mata yang masih
mengalir, sang nenek mengambil wudhu lalu salat Subuh di rumahnya yang sangat
kecil dan memprihatinkan.
"Ya Allah, tolong matangkan tempe-tempe itu. Hamba-Mu tidak tahu
harus berbuat apalagi untuk menyambung hidup dengan cara yang halal. Hamba
tidak ingin menyusahkan anak-anak hamba. Kabulkan doa hamba-Mu yang kecil ini
ya Allah.." demikian doa sang nenek dengan linangan air mata.
Setelah selesai salat Subuh, sang nenek membuka daun pisang pembungkus
tempe, tidak ada satupun yang matang. Keajaiban belum datang, doanya belum
dikabulkan. Tetapi sang nenek percaya jika doanya akan terkabul, sehingga dia
berangkat ke pasar saat matahari belum bersinar, mengejar rezeki dengan menjual
tempe.
Sesampai di pasar, sang nenek kembali membuka pembungkus tempe. Masih
belum matang. Tak apa, nenek tersebut terus menunggu hingga matahari bersinar
terik. Satu persatu orang yang berbelanja berlalu lalang, tetapi tak ada
satupun yang mau membeli tempe sang nenek. Matahari terus bergerak hingga para
pedagang mulai pulang dan mendapat hasil dari berjualan.
Tempe dagangan penjual lain sudah banyak yang habis, tetapi tempe sang
nenek tetap belum matang. Apakah Tuhan sedang marah padaku? Apakah Tuhan tidak
menjawab doaku? Begitulah rintihan hati sang nenek, air matanya kembali
mengalir.
Didatangi seseorang
Tiba-tiba, ada seorang ibu yang menghampiri sang nenek. "Apakah
tempe yang ibu jual sudah matang?" tanya sang pembeli. Sang nenek menyeka
air mata lalu menggeleng, "Belum, mungkin baru matang besok,"
ujarnya.
"Alhamdulillah, kalau begitu saya beli semua tempe yang ibu jual.
Daritadi saya mencari tempe yang belum matang, tetapi tidak ada yang menjual.
Syukurlah ibu menjualnya," ujar sang pembeli dengan suara lega.
"Kenapa ibu membeli tempe yang belum matang?" tanya sang
nenek dengan heran. Semua orang selalu mencari tempe yang sudah matang.
"Anak laki-laki saya nanti malam berangkat ke Belanda, dia ingin
membawa tempe untuk oleh-oleh karena di sana susah mendapat tempe. Kalau tempe
ini belum matang, maka matangnya pas saat anak saya sampai ke Belanda,"
ujar sang ibu dengan wajah berbinar.
Inilah jawaban atas doa sang nenek. Tempe-tempe itu tidak langsung
matang dengan keajaiban, tetapi dengan jalan lain yang tidak dikira-kira.
Ingatlah sahabat, Tuhan selalu punya jawaban terbaik untuk doa umat-Nya. Kadang
sebuah doa tak langsung mendapat jawaban. Kadang doa seseorang tidak dijawab
dengan 'iya' karena Tuhan selalu punya rencana terbaik untuk hamba-Nya.