Etika Bisnis Harus Mampu Menjaga Lisan
Dalam berbisnis maupun bekerja ada satu hal yang penting yaitu komunikasi dan bahasa. Bahasa dan lisan akan berpengaruh besar pada sikap seseorang dan akibat yang ditimbulkannya. Apakah akan mengakibatkan keberuntungan dan profit atau sebaliknya. Begitu pula dalam bisnis dalam etika bisnis harus mampu menahan dan menjaga lisan. Ada sebuah ungkapan berbunyi “Luka karena tersayat pedang akan meninggalkan bekas luka dan nantinya itu akan sembuh, tetapi luka karena lidah (ucapan) akan diingat sampai mati karena meninggalkan luka di hati.” Sebuah ungkapan yang bisa dibuktikan kebenarannya, sebuah gambaran bagaimana berbahayanya ucapan seseorang yang dilontarkan pada orang lain. Perkataan yang salah akan mengakibatkan pertikaian, membuat sakit hati orang lain, selain itu juga ucapan yang diucapkan disaat marah dan emosional juga akan berdampak buruk.
Komunikasi Dalam Etika Bisnis
Seorang wirausahawan sejati atau boss suatu perusahaan yang baik tidak akan melukai hati para pekerjanya dengan perkataan yang menghina dan membuat para karyawan sakit hati. Memarahi dan melukai dengan ucapan dan perkataan di muka umum tidak akan memberikan pelajaran yang berharga dan membuat mereka bekerja lebih baik dalam arti yang nyata karena hal tersebut hanya merendahkan harga diri mereka di mata publik. Mungkin mereka menurut meskipun sakit hati dan berat hati karena kebutuhan. Hal ini tidak akan membuat anda dihormati bawahan anda. Rasa hormat itu adalah tercipta karena sikap dan ketegasan anda bukan dari rasa takut dan kemarahan anda.
Seorang wirausahawan sejati dan pemimpin sejati akan mengajarkan dan mendidik para karyawan mereka dengan sabar dan memperlakukan mereka denagn hormat dan tidak merendahkan. Disaat mereka membuat kesalahan dalam melakukan pekerjaan maka akan ditegur dengan bahasa yang baik dan tepat bukan dengan kalimat kasar dan menghina sehingga mereka akan mendapatkan pembelajaran. Tapi, jika Anda jumawa dan menghina dan merendahkan mereka atas pekerjaan mereka justru inilah yang akan menjadi masalah di kemudian hari. Jangan bicara team work bila anda bersikap arogan. Itu sulit!
Cara Menjaga Lisan
Seorang pemenang dan pemimpin yang baik akan selalu memikirkan dan memperhitungkan setiap ucapan yang mereka lontarkan sehingga tidak ada kesalahpahaman yang terjadi, dan ia pun akan dihargai oleh orang lain. Untuk itulah, perhatikan ucapan Anda sebelum berkata-kata kepada siapa saja karena ucapan yang salah akan menyebabkan konflik.
Baca Juga : Etika Bisnis dengan Kerabat Dan Relasi
Bekerjalah secara profesional dan penuh dengan perhitungan sehingga tidak akan terjadi tindakan yang tidak Anda inginkan. Jangan sampai terjadi konflik di antara kalian karena ucapan. Untuk lebih membuat Anda paham akan konsep lidah lebih tajam daripada pedang, sebaiknya Anda membaca sebuah kisah tentang “Paku dan Amarah” yang akan mengubah paradigma anda sehingga akan menjadikan diri anda untuk lebih baik.
Kisahnya sebagai berikut.
Kisah Paku dan Amarah
Suatu ketika hiduplah sebuah keluarga baru yang bahagia. Dan hasil pernikahan suami-istri tersebut kemudian lahirlah seorang anak laki-laki. Setelah beranjak dewasa alangkah kagetnya kedua orang tua anak kecil, karena sang anak laki-lakinya bersifat temperamen yang mudah marah dan tersinggung. Berbagai hal telah mereka lakukan untuk mengobatinya, sampai suatu ketika kedua orang tuanya memutuskan untuk mendidik anaknya di rumah saja, tentunya dengan penuh kasih sayang.
Suatu ketika, sang ayah menasihati si anak untuk bisa mengurangi kebiasaan marahnya tersebut. Untuk itu, sang ayah memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah, untuk melampiaskan kemarahan yang dialami anak tersebut. Anak tersebut menuruti kata-kata orang tuanya.
Hah pertama, anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar. Sampai suatu ketika si anak mulai menyadari bahwa melampiaskan kemarahannya dengan memaku tidaklah bermanfaat apa-apa. Dan mulai sejak kejadian paku memaku tersebut ia mulai menahan amarahnya dengan ketenangan.
Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar. Akhirnya tibalah hari di mana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari di mana dia tidak marah.
Setelah kejadian tersebut, sang anak pun merasa bahwa ia telah berangsur-angsur membaik. ia memberitahukan kepada ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Alangkah senangnya hati sang ayah mendengar penuturan dari sang anak. Dengan bijaksana, sang ayah pun mengajak anaknya ke belakang tentunya dengan menuntun anaknya ke Pagar.
Sampai di pagar tempat si anak memaku, sang ayah pun berkata, lihatlah, Nak…kini kamu telah berhasil dengan baik, tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. “Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini… di hati orang lain.” Mendengar penuturan perkataan ayahnya si anak pun menjadi sadar dan menyesal karena melakukan hal-hal yang sesungguhnya tidak perlu ia lakukan, ia berpikir sudah berapa orang yang tersakiti karena ucapan dan kemarahannya selama ini.
****
Kisah di atas mengisyaratkan kepada kita bahwasanya sebuah bahasa dan lisan sangatlah penting untuk dijaga dan dipikirkan dulu. Bermula dari ucapan yang salah yang akhirnya memicu permusuhan, pertikaian, dan lain sebagainya yang sebenarnya tidak perlu. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dalam berucap. Ingatlah ungkapan “luka tersayat pedang akan sakit ketika darah sedang mengalir, sedangkan luka karena ucapan akan diingat sampai mati”
Baca Juga : Indikasi Pergerakan Teknologi Komunikasi
Seorang wirausahawan yang cerdas adalah orang yang mampu menahan amarahnya dan mampu bersikap dengan kata-kata yang tepat dan porsi yang tepat baik ketika menegur maupun memberikan instruksi. Hal ini penting karena jika anda seorang wirausahawan maka akan selalu berhadapan dengan karyawan dan konsumen. Bila anda berkata salah dan bersikap salah hasilnya ada dua yaitu anda ditinggalkan karyawan yang mungkin saja memiliki nilai aset tinggi bagi bisnis anda atau bisnis anda akan ditinggalkan customer, tidak akan membeli barang atau jasa anda karena sakit hati atas sikap anda sendiri. Pikirkan dengan baik bahwa Customer service itu penting.