Kisah Sukses Kerupuk Padang Pasir Milik Bambang Suparno Omzet Ratusan juta Per Bulan
Kisah Sukses Kerupuk Padang Pasir - Kalau kita makan biasanya kurang mantap bila tidak ada kerupuk, rasanya seperti ada yang kurang. Nah bicara soal kerupuk ada satu kisah inspiratif yang mungkin bisa jadi motivasi bagi kita yaitu Kisah sukses kerupuk padang pasir milik Bambang Suparno dengan omzet ratusan juta per bulan. Bagaimana hebat kan? Bagaimana mungkin sebuah bisnis kerupuk bisa mencapai omzet sampai sebesar itu? Kerupuk padang pasir ini diolah dengan cara tradisional yaitu proses penggorengannya tidak memakai minyak goreng tapi memakai media pasir halus sehingga hasil kerupuknya menjadi renyah dan nikmat. Karena cara penggorengannya yang unik inilah kenapa kerupuk buatan Bambang Suparno diberi nama kerupuk padang pasir.
Siapakah Bambang Suparno?
Bambang Suparno adalah warga Dusun Jeruk, Desa Tugurejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Prestasi dan keberhasilannya patut diacungi jempol. Dia adalah orang biasa yang memulai usahanya dari nol. Sebelum dia sukses banyak jalan hidup berliku yang telah ia tempuh. Sampai dengan menemukan jenis usaha ini bukanlah jalan yang mudah baginya. Sebelumnya dia pernah menjalani berbagai macam profesi, mulai dari kuli bangunan di negeri seberang hingga penjual bakso keliling. Pernah pula ia hendak berdagang oli pelumas sesuai ajakan rekannya, tetapi urung dilakukan karena khawatir dengan risikonya.
Bisnis kerupuk ini dimulai Pak Bambang di Tahun 2001 dan saat ini dari usahanya berdagang kerupuk goreng pasir, mantan buruh migran dan tukang bakso ini dapat mengantongi omzet hingga Rp 90 juta per bulan.
Peluang Bisnis Kerupuk Padang Pasir
Usaha yang dilakukan Pak Bambang terbukti sebagai salah satu peluang usaha yang menguntungkan. Peluang bisnis kerupuk padang pasir mampu menghasilkan keuntungan bersih yang besar. Metodenya sederhana yaitu Pak Bambang dan karyawannya menggoreng kerupuk tanpa minyak. Ia mengganti minyak goreng dengan pasir halus hasil penyaringan. Dengan bantuan pengapian, kerupuk tetap mekar. Cara penggorengan inilah yang membuat jenis kerupuk ini disebut kerupuk padang pasir.
Kerupuk yang digoreng dengan teknik ini rasanya akan sedikit berbeda jika dibandingkan dengan yang menggunakan minyak goreng. Kelebihan lain adalah rendah kolesterol dan tentu saja lebih hemat dalam menekan biaya produksi. Bahkan, risiko untuk melempem dapat ditekan karena dapat didaur ulang.
Variasi Rasa Kerupuk Padang Pasir
Varian rasa kerupuk yang di buat Pak Bambang juga bernacam-macam. Setidaknya ada tujuh rasa yang dibuat oleh pria pekerja keras ini. Ada rasa pedas, manis, pedas manis, terasi, rujak, seledri, bawang, serta ubi. Pemberian rasa dilakukan dengan dua cara, yaitu bumbu dicampur dengan kerupuk sebelum digoreng atau dicampur setelah digoreng.
Kerupuk yang selesai digoreng kemudian dikemas dalam plastik ukuran setengah kilogram dan panjang 30-40 sentimeter. Setiap bungkus ukuran besar ia jual seharga Rp 1.000-Rp 2.500. Tiap rasa juga mempengaruhi harga (ini harga Tahun 2012 , tahun ini mungkin harganya tidak segini).
Kerupuk yang sudah dikemas kemudian dikirim kepada agennya yang tersebar di beberapa kota, seperti Kediri, Nganjuk, Kertosono, Jombang, Bojonegoro, Tuban, Ngawi, Malang, dan Sidoarjo. Agen tersebut adalah pedagang di pusat oleh-oleh di kota masing-masing.
Bambang termasuk pengusaha yang ulet dalam bekerja. Untuk usahanya itu, ia hanya mempekerjakan empat tenaga pria yang bertugas mulai dari menjemur kerupuk hingga menggoreng. Pengemasan dilakukan oleh istri dan enam anaknya serta beberapa tenaga borongan yang juga para tetangganya.
“Kalau saya sendiri bertugas di pengaturan serta pengiriman barang ke kota-kota,” kata pemilik usaha penggorengan kerupuk padang pasir dengan merek Arofah ini, Senin (4/6/2012). Perkembangan usahanya lumayan bagus. Pada awal memulainya, ia hanya memproduksi 30 kilogram kerupuk dan itu pun untuk beberapa hari. Karena permintaan yang selalu ada, ia terus terpacu untuk mengembangkan usahanya sehingga kini produksi per hari mencapai 2,5 kuintal.
“Kalau tentang omzet begini saja, harga bahan kerupuknya per kilo Rp.12.000, lalu kalikan 250 kilogram, dikali lagi selama 30 hari. Berapa itu hasilnya, silakan dikira-kira sendiri,” ungkapnya. Bayangkan itu adalah nilai omzetnya yang berarti omzetnya sebesar 90 juta per bulan dan ini berdasarkan perhitingan biaya produksi dan harga di tahun 2012 kalau di tahun 2017? Mungkin omzetnya mencapai ratusan juta rupiah.
“Saya berjualan kerupuk karena melihat saudara saya ada di bidang ini. Setelah saya pelajari, saya menjadi yakin sehingga saya ikut terjun,” tutur Bambang sambil mengingat masa lalunya.
Semoga Kisah sukses Bambang Suparno pemilik kerupuk Padang Pasir ini bisa menjadi motivasi dan sumber inspirasi bagi para wirausahawan untuk terus berjuang untuk sukses. Tidak ada kesuksesan yang instant segala sesuatunya butuh proses untuk berhasil.