Kisah Nyata Tukang Sapu Jadi Milyuner (Di Mekah Musim Haji 2012)
Bagi anda seorang muslim tentunya hafal rukun Islam yang
kelima yaitu menunaikan Haji. Seringkali
kita dengar bahwa dalam musim haji terjadi hal-hal yang menakjubkan atau di luar
nalar terjadi pada mereka yang sedang menunaikan ibadah haji. Sebuah kisah telah
admin Fortune 99 dengar adalah Kisah Nyata Tukang sapu jadi milyuner (Kisah
nyata di Mekah Musim haji 2012). Selintas Judulnya Mirip Kisah Tukang Bubur
Naik Haji-nya Haji Sulam dan Haji Muhidin ya?..hehe. Tapi untuk Kisah nyata Tukang
sapu jadi milyuner ini benar terjadi kawan dan bukan pula cerita sinetron.
Musim haji tahun 2012 baru saja berlalu. Seperti biasanya,
setiap kali musim haji selalu saja memunculkan kisah-kisah menakjubkan. Selalu
ada cerita yang mengharukan, penuh hikmah dan menjadi pelajaran bagi umat
manusia.
Di antara kisah nyata yang terjadi di musim haji tahun 2012
ini adalah kisah seorang tukang sapu di kota Mekkah yang mendadak kaya menjadi
seorang milyuner. Bagaimana ceritanya? Simak kisah nyatanya seperti yang diangkat
di koran al-Sabaq terbiatan Saudi Arabia tanggal 17 Dzhuhjjah lalu
(02/11/2012). (Kisah ini sudah admin edit seperlunya tanpa mengurangi inti dan
substansi cerita).
Syahdan, seorang pria bernama Marimir Husain Jihar tengah
menyapu jalanan kota Mekkah yang penuh debu. Ia membersihkan jalanan kota suci
ini dari kotoran dan sampah-sampah yang dibuang manusia atau yang diterbangkan
angin sepanjang waktu.
Sudah 5 tahun, pekerja imigran asal Bangladesh itu melakoni
pekerjaan bersahaja tersebut, pekerjaan yang dipandang sebelah mata orang orang
lain. Di Arab Saudi, orang Bangladehs sering disebut sebagai “Benggali”. Orang
Indonesia pun memanggil mereka dengan sebutan demikian.
Rekan-rekan sekerja Marimir tidak pernah tahu asal-usul
marimir, sebab ada ratusan ribu (atau mungkin jutaan) orang Benggali yang
menjadi buruh kasar di negeri Haramain ini.
Sampai pada suatu hari di musim haji 2012. Ketika Marimir
asyik menyapu jalanan di sekitar wilayah Tan’im, tempat di mana orang-orang
akan memulai (miqat) ihram untuk Umrah, suatu kejadian tak terduga terjadi.
Seorang pria tua berteriak dari seberang jalan memanggil
nama Marimir. Pria itu berpakaian Ihram, terlihat hendak melaksanakan ihram
untuk Umrah. Dari postur tubuhnya, pria tua itu jelas berkebangsaan Bangladeh.
“Marimir…! Marimir…! Marimir….!” Teriak pria tua
berkali-kali dari seberang jalan. Namun karena banyaknya manusia dan lalu linta
yang sibuk, Marimir tidak mendengarnya.
“Marimir…! Marimir…! Marimir…!” Pria tua itu kembali
berteriak. Kali ini ia berlari ke arah Marimir menghadang jalan.
Aksi pria tua itu mengundang perhatian banyak orang di
Tan’im, termasuk dari rekan-rekan pria tua itu sendiri. Mereka heran, bagaimana
ia mengenali seorang penyapu jalan di kota suci ini.
Tanpa peduli, ia terus berlari tanpa menghiraukan
mobil-mobil yang melaju kencang. Orang-orang berteriak memperingatkannya,
karena aksinya itu mengganggu lalu lintas.
“Marimir…!”. Ujar si pria tua tanpa henti.
Kali ini Marimir mendengar. Ia menoleh, dilhatnya seorang
yang sudah tua berlari ke arahnya. Ia pun heran, dari mana orang itu mengetahui
namanya.
Pria itu semakin mendekat. Dan semakin dekat. Ketika sudah
jelas baginya siapa yang datang, ia pun terperangah. Alangkah kagetnya Marimir,
ia seakan tak percaya apa yang dilihatnya.
Ternyata pria tua itu adalah abang kandungnya sendiri….
Marimir Husain berpelukan dengan saudara kandungnya |
Dengan berurai air mata, si pria tua itu menghampiri Marimir
yang penuh debu, lantas ia memeluk pemuda itu dengan erat sambil menangis.
Aksi jemaah haji tersebut mengundang perhatian banyak orang.
Meski tidak mengerti, mereka mengabadikan momen penuh haru itu dengan kamera.
Setelah itu, si pria tua bercerita kepada orang-orang yang mengitari mereka
penuh keharuan.
Ia menceritakan bahwa tukang sapu itu adalah adik kandungnya
sendiri, mereka adalah dua bersaudara yang sudah lebih 5 tahun tidak bertemu.
Kisah perpisahan mereka dimulai ketika orangtua mereka
meninggal dunia beberapa tahun sebelumnya. Ayah mereka meninggalkan harta
warisan yang sangat banyak, mencapai 17 juta Riyal (sekitar Rp. 42,5 Milyar).
Bagaimana tidak, keluarganya adalah keturunan bangsawan, dan salah satu kakek
mereka adalah mantan menteri di Bangladesh.
Tapi saudara tuanya itu berbuat serakah. Ia tidak mau
membagi harta peninggalan itu dengan adiknya. Beberapa kali si adik meminta
pembagian warisan, tapi ia tidak mau. Bahkan, sang adik pernah dijebloskannya
ke penjara karena menuntut haknya!
Karena putus asa, akhirnya sang adik pergi meninggalkan
Bangladesh. Ia pun menjadi pekerja imigran di Arab Saudi. Hingga bertahun-tahun
lamanya. 5 tahun terakhir, ia menjadi tukang sapu di Mekkah.
Selepas kepergian adiknya itu, saudara tuanya pun diserang
penyakit kanker ganas.
“Ini hukuman Allah atas kezaliman saya…”. Kenang haji tua
itu sambil menangis. Dan sejak itulah ia insyaf atas perbuatan serakahnya.
Bertahun-tahun pula lamanya, ia berusaha mencari jejak sang
adik. Ia bertanya kepada kawan-kawan adiknya, tapi tak satu pun yang tahu. Ia
pun sudah membuat sayembara, siapa yang mengetahui alamat adiknya akan diberi
imbalan yang besar.
Namun kabar tak kunjung datang. Sang adik entah di mana
rimbanya. Sementara penyakitnya semakin parah, hingga ia mengira umurnya takkan
lama lagi.
Hingga datang musim haji tahun 2012. Ketika ia hendak pulang
ke tanah air, ia pun melaksanakan umrah terlebih dahulu. Ia bersama
rombongannya pun berangkat ke Tan’im, miqat di mana orang Mekkah memulai umrah.
Dan di sanalah keajaiban itu terjadi. Di tempat inilah Allah
Swt mempertemukannya dengan adiknya yang selama ini ia cari. Dilihatnya seorang
pria muda tengah menyapu jalanan, dan ternyata itu adalah saudara kandungnya.
Saat pertemuan itu, saudara tua itu meminta maaf kepada sang
adik atas kezalimannya selama ini. Karena keserakahannya, sang adik hidup
sengsara dan terlunta-lunta sebagai tukang sapu di negeri orang.
Ia pun mengajak adiknya pulang. Ia sudah membagi harta
peninggalan orangtua mereka seadil-adilnya. Bagian untuk sang adik sudah ia
sisihkan, dan akan ia berikan tanpa mengambilnya sedikitpun, jumlahnya milyaran
rupiah ditambah properti yang sangat banyak.
Di tempat yang suci itu, sang adik memaafkan abangnya. Ia
sama sekali tidak menaruh dendam. Bahkan dirinya merasa bahagia bisa tinggal di
tanah suci ini. Di sini, ia menghabiskan waktu untuk bekerja dan menghafal
al-Qur’an.
Kepada hadirin yang berkerumun di sekitar mereka, tukang
sapu yang jadi milyuner itu mengatakan: “Sungguh ini merupakan pelajaran yang
besar dalam hidup saya. Saya sudah merasakan bagaimana rasanya menjadi orang
yang teraniaya. Karena itu, saya berjanji tidak akan menganiaya siapa pun.
Allah mengharamkan kezaliman atas diri-Nya, dan diharamkannya kezaliman itu
atas hamba-hambaNya”
Sumber: http://putramelayu.web.id