Studi Kasus Indomie VS Mie Sedaap
Indomie vs Mie Sedaap |
Berada di posisi market leader tak seharusnya membuat kita
lengah dan merasa tak tertandingi. Jika lengah berinovasi, jangan kaget jika
ada pesaing yang siap merebut pangsa pasar. Tak percaya? Silakan mengingat
persaingan ketat dua merek mie instan ternama di negeri ini, yaitu Indomie vs
Mie Sedap.
Indomie, mie instan produksi PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk adalah pionir sekaligus market leader produk mie instan di Indonesia selama
puluhan tahun. Mie instan keluaran perusahaan milik Sudono Salim ini pertama
kali diluncurkan pada tahun 1970 dan langsung “meledak” di pasaran.
Pada tahun 1982, penjualan produk Indomie mengalami
peningkatan signifikan karena Indofood terus meluncurkan berbagai varian rasa
mie instan yang rasanya pas dengan selera masyarakat. Selain inovasi penciptaan
berbagai varian rasa, Indomie makin dicintai karena harganya terjangkau.
Indofood pun sukses membuat brand image produk mie instan di
Indonesia. Itu tampak pada penyebutan semua mie instan dengan kata Indomie.
Persis seperti yang terjadi pada penyebutan semua merek air mineral kemasan
dengan nama AQUA, apapun mereknya.
Keberhasilan Indomie masih bertahan hingga puluhan tahun,
terbukti dengan ekspor produk mie instan ini ke luar negeri seperti Australia.
Bisnis perusahaan mie itu pun kian menggurita sampai menduduki posisi market
leader yang super dominan, sekitar 90%. Wow!.
Dalam kurun waktu itu, banyak perusahaan lain yang
menciptakan produk mie instan untuk mengalahkan Indomie. Namun satu per satu
produk itu tenggelam, bahkan ada beberapa merek yang kemudian diakuisisi Indofood.
Agar makin menyulitkan pesaing untuk menyamai harga produk
mie instan, Indofood pun mempunyai pabrik tepung terigu bernama Bogasari.
Inovasi ini konon membuat Indofood kian berjaya, menguasai market share dari
hulu hingga hilir.
Tahun 2003, akhirnya “kegagahan” Indomie terpatahkan. Di
tahun ini, Wings Food meluncurkan produk mie instan dengan nama Mie Sedaap.
Oleh Indomie, kemunculan Mie Sedaap dipandang sebelah mata, karena belum pernah
ada produk mie instan yang sanggung mengalahkan Indomie selama puluhan tahun.
Siapa sangka, meski baru diluncurkan tahun 2003, Mie Sedaap
mampu menggerogoti market share Indomie hingga mencapai kemerosotan omzet 70%.
Sebuah kenyataan pahit bagi Indofood yang lengah karena merasa sudah “mapan”
tak tergoyahkan selama puluhan tahun.
Ada banyak faktor yang menyebabkan market share Indomie
perlahan-lahan tergeser oleh Mie Sedaap. Salah satunya, karena Indomie tak
disiplin menjaga posisinya sebagai market leader.
Sebagaimana yang tertulis di buku Marketing Management karangan
Philip Kotler 13 Ed.Chapter 11:
‘’Market leader harus menghadapi tantangan dari pesaing
kecuali, dominasinya dilindungi oleh hak paten (atau monopoli hukum). Hal ini
untuk mempertahankan posisinya melawan penantang. Cara alternatif untuk
meningkatkan penggunaan produk adalah: mencari pengguna baru, menemukan
penggunaan baru untuk produk dan meningkatkan penggunaan oleh pelanggan yang
sudah ada.”
Sebagai market leader, hendaknya perusahaan tak berhenti
berinovasi, agar posisinya semakin kukuh. Inovasi bisa dilakukan dengan
memunculkan varian rasa mie instan yang baru, gencar beriklan di berbagai
media,serta kreatif memunculkan strategi marketing.
Jika disiplin itu dilakukan, niscaya profit tak akan goyah,
posisi market leader kian kukuh, meningkatkan brand loyality, serta membangun
customer relationship agar brand imaging kian kuat. Dan, perusahaan Anda tetap
nomor satu.